How to Build Brand via Online

Artikel ini adalah liputan seminar Creasionbrand pada tanggal 7 Juli 2012 dengan judul “How to Build Brand via Online”.

Seminar diawali dengan ajakan untuk memahami definisi brand terlebih dahulu. Brand adalah ‘pack of value in the head of customer’. Contoh brand adalah kijang, waktu kita mendengar kata kijang, kurang lebih kita akan membayangkan: mobil keluarga yang berkualitas baik dan mudah untuk dijual jika sudah tidak digunakan. Badak bukan brand, karena kita tidak terbayang suatu value ketika mendengar kata tersebut.

Brand, atau nama produk/perusahaan harus dipikirkan dari awal. Perusahaan pembuat software tentu sebaiknya tidak menggunakan kata ‘tirta’ sebagai brand, karena ‘tirta’ membangun value ‘perusahaan air minum’ pada benak konsumen. Kata yang dipilih pada brand sebaiknya mudah diasosiasikan dengan value produk/perusahaan kita.

Awal dari pembangunan brand via online adalah obyektif. Apa tujuan dari pembangunan brand? Meningkatkan transaksi,  meningkatkan awarenes, atau tujuan yang lain? Tujuan pembangunan brand menentukan langkah-langkah berikutnya.

Pembangunan brand yang tepat harus relevan dengan calon konsumen, bukan disesuaikan dengan keinginan bos. Kadang kita terjebak dengan asumsi ketika dihadapkan dengan perilaku konsumen, ‘kalau gue bikin ini pasti laku, semua konsumen butuh!’. Supaya terhindar dari asumsi, kita perlu berinteraksi dengan konsumen, selain itu kita dapat memanfaatkan situs-situs gratisan seperti twazzup dan google insight for search untuk mendukung keputusan kita.

Salah satu strategi pembangunan brand adalah menetapkan diferensiasi yang jelas antara produk kita dengan produk kompetitor. Diferensiasi memberikan alasan kepada konsumen untuk memilih produk kita dibandung produk kompetitor yang mungkin lebih terkenal. Misalnya ada dua buku panduan diet, 1 untuk umum, 1 untuk pria di atas 30 tahun. Joni sebagai seorang eksekutif muda berusia 35 tahun tentunya memilih buku panduan diet yang ke-2.

Dalam mengkomunikasikan brand kita kepada konsumen, kita harus dapat memberikan pesan yang wow, wuz, dan share. Contoh kasusnya adalah restoran D Cost dengan brand value ‘rasa bintang lima, harga kaki lima’. Salah satu strategi branding D Cost adalah program makan sepuasnya bayar semaunya. Program ini sesuai dengan brand value D Cost dan membuat konsumen terkejut (wow). Konsumen yang terkejut umumnya bercerita kepada teman-teman nya (share), sehingga semakin banyak orang yang mengenal D Cost sebagai rumah makan bintang lima dengan harga kaki lima.

Terdapat sejumlah tools untuk mendukung implementasi strategi pembangunan brand, antara lain: satellite website, email marketing, social media, online advertisement, dan SEO. Kita harus mudah beradaptasi dengan tools, karena perkembangan industri IT yang cepat.

Sumber: http://beta.licht-soft.com/article/how-to-build-brand-via-online/


Posted

in

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *